Halaman

Jumat, 22 Maret 2013

Universitas Jember (dari segi lingkungan)


Ini adalah tugas kuliah Etika Lingkungan di Fakultas Pertanian Universitas Jember. dalam tulisan ini dijelaskan keadaan kampus dari ruang kelas sampai jalan aspal di kampus. tulisan dibuat setelah melakukan pengamatan di beberapa lokasi. sambil mendengarkan penjelasan dosen, mahasiswa pun membuat catatan yang nantinya akan dikumpulkan sebagai laporan (2010).

Memiliki lingkungan yang sehat dan indah adalah keinginan semua orang. Banyak orang rela mengeluarkan banyak uang agar dapat memiliki rumah indah atau taman yang indah. Ada juga orang yang rela menyisihkan uangnya untuk membangun rumah sehat. Pertanyaannya adalah, yang mana yang akan dipilih, rumah indah atau rumah sehat? Berikut ini adalah pengamatan yang dilakukan pada beberapa tempat yang dijadikan sample.

Di universitas jember banyak terdapat gedung dan taman yang dapat dijadikan contoh. Sampel pertama yaitu ruang kuliah satu fakultas pertanian. Ruangan ini memiliki banyak jendela dengan fentilasi udara yang tertutup kaca. Dari tipe fentilasi yang seperti ini, udara panas yang sharusnya dapat keluar malah tertahan, menyebabkan ruangan bertambah panas pada siang hari walaupun terdapat jendela pada ruangan tersebut. Kipas angin yang berada di langit-langit seharusnya digunakan hanya pada saat2 terpanas saja. Namun karena ruangan ini termasuk ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang bagus, kipas angin jadi lebih sering digunakan.

Masih di fakultas pertanian, sampel kedua adalah  ruang kuliah tujuh. Ruang kuliah ini agak berbeda dengan ruang kuliah satu. Fentilasi pada ruangan ini tidak tertutup dengan kaca sehingga udara panas dapat keluar dengan mudah. Adanya jendela juga menyebabkan udara dari luar dapat masuk ke dalam ruangan. Namun dinding ruangan yang berwarna gelap serta adanya pohon rindang di depan jendela-jendelanya menyebabkan ruangan menjadi gelap tanpa bantuan lampu. Bahkan pada siang hari pun ruangan membutuhkan bantuan lampu agar mahasiswa dapat membaca. Ini termasuk kurang beretika karena seharusnya pada siang hari ruangan yang sehat tidak membutuhkan bantuan lanpu kecuali jika sedang mendung.

Hal yang kurang memperhatikan etika lingkungan pun terlihat pada sampel ketiga yaitu kantor pusat yang meyoritas ruangannya ber-AC. Padahal AC merupakan salah satu penyumbang CFC yaitu satu dari beberapa gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Bila dibandingkan dengan ruangan pada penjelasan sebelumnya, ruang laboratorium di jurusan tanah Fakultas Pertanian dapat dikatakan mencirikan ruangan yang memenuhi etika lingkungan. Sampel keempat ini memiliki sirkulasi udara yang baik dengan pencahayaan yang baik pula. Jendela2 dan ventilasi udaranya dapat dibuka untuk pertukaran udara serta dapat meloloskan cahaya matahari, catnya pun cukup cerah untuk dapat memantulkan cahaya sehingga mahasiswa dapat membaca pada siang hari tanpa bantuan cahaya lampu.

Dari jurusan tanah, kini beralih ke perpustakaan pusat unej sebagai sampel kelima. Perpustakaan ini memiliki halaman yang diaspal dan ditutup semen. Hal ini dilakukan dengan alasan untuk mempermudah keluar masuknya kendaraan pengunjung perpustakaan. Namun sayangnya, halaman yang tertutup aspal dan semen tidak dapat menyerap air dengan baik. Akibatnya banyak terdapat kolam2 kecil setelah hujan pada jalanan yg cekung.

Ruangan yang tertutup di ruang baca maupun ruang koleksi perpustakaan jelas menunjukan adanya penyimpangan etika lingkungan yang tidak membiarkan adanya sirkulasi udara di ruangan2 tersebt. Seharusnya terdapat ventilasi atau jendela yang menjadi pintu udara untuk berganti.

Beralih dari dalam ruangan menuju ke luar ruangan, dimulai dari taman di depan jurusan tanah. Taman ini memiliki banyak tanaman mulai dari tanaman berkayu hingga rumput dan semak. Lantai taman pun masih berupa tanah yang mampu menyerap air dengan baik. Hanya saja taman ini belum memiliki nilai estetika atau keindahan yang baik karena rumput2 yang ada dibiarkan begitu saja sehingga tampak liar, tanaman semaknya pun tidak begitu terawatt dan banyak daun2 kering bertumpuk di sudut taman.

Begitu banyak tempat yang dapat dijadikan contoh dari nilai etika lingkungan dan nilai estetika. Di depan kantor pusat misalnya, terdapat taman dengan jalan berpapin. Sebagian papin yang dipasang memiliki lubang untuk penyerapan air, namun yang lain tidak memilikinya. Sebaiknya papin yang digunakan adalah papin yang berlubang agar air dapat terserap ke dalam tanah.

Masih di taman sekitar kantor pusat, tampak lapangan rumput yang luas dengan pohon besar dan rindang. Udara disana sangat sejuk dengan adanya limpahan oksigen hasil fotosintesis dari pohon2 tsb. Disana juga terdapat sebuah taman kecil dengan rumput dan tanaman semak yang diatur rapih. Taman kecil ini bisa dikatakan memenuhi nilai etika lingkungan dan nilai estetika. Namun patut disayangkan taman yang seperti ini tidak bnyak jumlahnya di unej.

Setelah membahas ruangan dan taman, kini saatnya membahas jalan. Jalan2 di unej semuanya merupakan jln beraspal. Yang akan disorot dalm pembhasan kali ini adalah double way. Jalan yang lebar ini tertutup aspal dengan jalur hijau yang sebenarnya kurang memadai. Jalur hijau yang dibuat tidak mampu memayungi pejalan kaki ataupun pengendara kendaraan dari panasnya matahari. Berbeda dgn kndisi jln d dpn fakultas prtanian yang jalur hijaunya mampu menaungi jalan.

Yang bisa di acungi jempol dari jalan2 d unej adalah adanya trotoar untuk pjln kaki. Ini dilakukan untk menghndari pra pjalan kaki dari resiko kecelakaan akibat berjln pd jln yg sama dgn jln yg dilalui kendaraan. sebagian besar trotoar juga dinaungi pepohonan dan dibeberapa lokasi seperti di depan kantor pusat, trotoar bisa digunakan untuk tempat belajar mahasiswa karena tempatnya yang nyaman dan sejuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar