Halaman

Sabtu, 23 Maret 2013

Kelompok 65


Malam sudah semakin larut dan saya masih menghabiskan waktu di depan laptop. Saya teringat masa-masa KKN yang baru terjadi sebulan yang lalu.

Hahaha, ini karena lagu Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita yang sedang saya dengarkan. Lagu ini lagu kesukaan saya di posko. Kak Teguh yang ku panggil kakak karena satu kampung dengan saya dan yang paling jago main gitar di posko, sering saya paksa untuk menyanyikan lagu ini pagi, siang, maupun malam. Dan Mas Bayu, sekertaris kordes, sempet minta saya membuat video dengan backsound lagu itu. Jadi, lagu ini ngena banget.

Dan kali ini saya mau bercerita tentang pengalaman plus konflik yang terjadi selama saya disana. Oh iya, desa tempat saya KKN ada di kecamatan Semboro, Desa Sidomulyo. Kepala desa saat itu adalah Soleh Umar. Beliau sangat baik pada kami. Tapi bukan itu yang mau saya ceritakan. Hm,, mungkin saya harus cerita dari awal biar gereget :D

  Awal kami bertemu. Kami semua memiliki prasangka berbeda saat pertama bertemu dengan akhir kami KKN. Hm, satu sama lain menganggap teman kami pendiam, hampir semua, hingga kami kenal lebih dekat. Ada Erik sebagai kordes, Bayu sebagai sekertaris Kordes, Saya sendiri sebagai bendahara kelompok, ada Teguh si trending setter, ada Roby yang paling sering bawa jajan (hehe), ada Fery yang santai, Ria si anak rumahan, Najwa yang paling irit, dan Kiky yang paling funky. Kalo saya sih yang paling cengeng, erik yang paling sering pulang, dan bayu adalah anak yang paling rajin.

Awal kehidupan kami di desa sangat luar biasa, so slowww… makan, tidur, jalan-jalan, main ke tempat warga, main ke posko tetangga, mengerjakan laporan harian, membuat proposal kegiatan dan merancang kegiatan. Itu berlangsung selama dua minggu. Pekerjaan kami hanya berkumpul, makan, main kartu, nyanyi-nyanyi, main ke pasar malem, hm.. yah, gitu-gitu aja.

Desa Sidomulyo sendiri luar biasa ramah penduduknya. Kami diajak ke perkebunan mereka. Mayoritas disana adalah petani jeruk. Beberapa ada yang bertanam salak, rambutan, buah naga, duku, dan durian. Kami sempat berkunjung ke pemilik kebun buah naga dan jeruk. Dan hampir setiap hari mendapat jajan berupa buah-buahan dari warga.

Di desa, kami memiliki banyak program kerja. Untuk program kelompok ada 8 kegiatan dan program individu ada 9 kegiatan. Program kelompok kami yaitu perbaikan batas administrasi, pembuatan peta desa, bimbel gratis untuk SD, pramuka, sosialisasi wajib belajar, posyandu, hiv aids, nonton bareng, dan kerja bakti. Sedangkan program individu ada pelatihan komputer untuk perangkat desa, PHBS, penyuluhan sampah organik dan nonorganik, sosialisasi perangkat komputer, penghijauan, little farmers, handicraft, dan sosialisasi bahaya rokok.

Awalnya semua baik-baik saja. Hanya ada kekesalan dari beberapa anggota kelompok soal kordes yang sering pulang dan banyak anggota yang tidak datang saat pelaksanaan program individu pertama. Tapi selebihnya semua OK.

Hal tersebut berjalan lancar hingga memasuki minggu ke-5 dimana diadakan program kecamatan yakni forum diskusi pengelolaan hama terpadu yang dilaksanakan di desa kami. Saat itu aku yang bertugas sebagai sekertaris acara harus menyelesaikan administrasi surat menyurat dan menyampaikan undangan pada H-3. Sedangkan pelaksanaan program individu ku memasuki H-4. Saat itu saya harus bolak balik Jember – Semboro untuk menyelesaikan urusan dengan pemateri yakni dosen Fakultas Pertanian Jurusan HPT. Kepala pusing, banyak pikiran, dan saat hari H banyak peserta undangan (Gapoktan) yang terlambat hadir karena hujan.

Tapi kepusingan itu hanya terjadi pada hari itu saja karena keesokan harinya berganti menjadi kekesalan. Ini terjadi karena banyak sekali teman-teman yang tidak bisa hadir dalam pelaksanaan program individu saya. Yah, meskipun hanya 3 orang, tapi tetap saja. Saya sempat emosi karena program saya yang membutuhkan bantuan anak laki-laki (ada urusan cangkul mencangkul) justru tidak didampingi laki-laki sama sekali. apalagi saat itu Kak Teguh, teman akrab saya, ada urusan di Jember sehingga tidak bisa mendampingi. Aaarrggghhh.. emosi saya. Apalagi setelah saya tau kalau kegiatan saya tidak ada dokumentasi sama sekali. ini karena teman saya yang memegang kamera tidak bisa mengambil gambar dengan benar. Emosi saya pun makin menjadi.

Sudaaahhh.. sudaaahh.. begitu biasanya kata Mas Bayu, si Ustadz dari kelompok kami :D

saya mencoba bersabar dengan keadaan yang ada. Saat emosi saya hampir hilang, kordes kami, Erik, justru naik pitam. Dia kecewa dengan teman-teman yang tidak bekerja sema sekali untuk melaksanakan program kelompok yakni HIV AIDS yang membutuhkan peserta remaja. Saya termasuk di dalamnya. Saat rapat kelompok, saya yang masih setengah emosi, dipandangi dengan emosi. Berkali-kali saya meyakinkan diri saya bahwa kordes kami sedang lelah dan wajar dia marah, tapi tetap saja saya sedih dan marah.

Berkali-kali dia mengatakan kesalahan anak perempuan yang cenderung terus berada di dalam kamar dan jarang bersosialisasi dengan warga. Akibatnya saat ini saat acara tinggal 2 hari lagi, kami sama sekali belum dapat peserta. Saya hampir menangis saat itu. Tapi saya nggak mau kelihatan lemah, ego merasuki saya. Saya juga masih pusing mikirin program individu saya pagi tadi tauuukkk!!! Begitu pikir saya. Namun selepas rapat, saya menangis sejadi jadinya.

Saya tau saya salah, tapi bisa nggak sih kalo ngomong nggak usah ngeliatin saya? Saya kan jadi merasa sangat sangat sangat sangat sangat sangat merasa bersalah. Itu membuat mental saya drop dan enggan berbuat apapun. Salah saya saat itu adalah saya bercerita pada orang yang salah dan suasana semakin runyam.

Semalam sebelum acara dilakukan, ada acara nonton bareng yang didatangi hampir seluruh desa. Balai desa pun penuh sesak. Selepas acara, dalam keadaan penat, saya berbincang dengan Mas Fery, anggota kelompok yang paling banyak punya cara santai. So far saya suka dengan cara simple yang sering dia utarakan, tapi dalam perbincangan kami kali ini, saya lagi-lagi dihakimi. Yang jarang bergaul dengan warga, jarang ke balai desa, tidak melakukan apa-apa, dll. Aarrggghhh.. air mata saya sudah habis tadi malam, dan tidak bisa saya tumpahkan lagi disini. Begitu batin saya menjerit tertahan.

Dan akhirnya acara dihadiri oleh anak-anak SD kelas 5 dan 6 dengan beberapa remaja SMP SMA yang berhasil kami bujuk. Ada juga remaja lain yang sempat kami undang dari desa lain.

Wajah saya terus terlipat selama satu minggu. Saya hampir lupa caranya tersenyum dan yang saya tau hanya menangis. Apalagi saat teman-teman mulai meninggalkan posko di satu minggu terakhir. Saya hanya sendiri di posko. Mendengarkan lagu-lagu yang dulu biasa kami nyanyikan bersama, bermain kartu dengan anak-anak SD yang biasa datang saat bimbel, atau duduk di ruang depan sambil bermain gitar.

Sedikit demi sedikit saya menghapus kesal di dada. Salah saya suasana semakin runyam. Kordes pun jadi berkurang keramahannya pada saya. Mas fery juga mulai suram, Kak Roby dan Kak Teguh juga mulai jarang bercanda dengan saya, hanya ria, najwa, kiki dan mas bayu yang masih bersikap normal.

Beberapa hari sebelum penarikan dari desa, aku, erik, teguh, bayu dan danang (KKN desa Pondokjoyo) pergi futsal dengan perangkat desa, mungkin untuk yang terakhir kali nya. Disana saya mulai bercanda dengan teman-teman. Rasanya sudah tidak perlu ada dinding diantara kami. Mungkin masih ada kesal di hati, namun buat apalah dipikir? Semua sudah berlalu.

Hari penarikan semakin dekat, teman-teman mulai mengemasi barang-barang mereka. Acara HIV AIDS kemarin adalah program terkahir kelompok ini dan kami punya waktu seminggu untuk mengerjakan laporan atau mengemasi barang-barang. Saya menarik nafas panjang di pagi hari, di depan posko, di hari jumat yang hening dan jam masih menunjukan pukul 6 pagi. Mas Bayu menyetel lagu dan kebetulan lagu yang sedang diputar adalah lagu Peterpan, Semua Tentang Kita. Saya pun menangis di depan teman-teman. Rasanya bendungan di mata saya jebol dan mengingat kekhilafan seminggu yang lalu, kebahagiaan yang pernah kami lalui, semua cerita, semua lagu, membuat saya menyesal. Dan kami masih bergurau di facebook dan twitter, kadang bertemu di rumah kawan dan bermain bersama. bahkan menaiki bukit dan blusukan di hutan jati. Dan masih banyak agenda yang kami rancang setelah penarikan KKN itu. Cukuplah 45 hari kebersamaan kami menjadi pelajaran berharga selamanya.
 

Terima kasih untuk temen-temen.. ^^ mungkin gue sering bilang ini ke kalian, tapi, gue sayang kalian itu tulus, gue cinta kalian itu tulus. Gue banyak salah sama kalian atas ego gue, kemanjaan gue, sifat cengeng gue, dan gue berterimakasih sama kalian masih mau menerima gue jadi temen kalian. Gue percaya, kelak, entah bagaimana caranya, kalian akan menemukan blog gue, dan ngebaca tulisan ini. Saat itu kalian harus yakin, meskipun kebersamaan kita hanya 45 hari, tapi kalian adalah keluarga gue. Gue berterimakasih atas nasehat yang selalu kalian berikan, pelajaran yang kalian berikan, juga pengalaman kita bersama.
Terus lah benderang kawan. Dan jika kalian bersedih, ingatlah kata-kata mas bayu : sudaaahhh sudaaahh.. Tapi kalau kalian galau ingatlah kata-kata teguh : heran aku. ^^

Kelompok 65
Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember

Moh. Robiul Aqtor            NIM. 090810201216          Fakultas Ekonomi
Bayu Tri Murti                   NIM. 092210101080          Fakultas Farmasi
Ria Raisya Astari               NIM. 090910202023          Fakultas ISIP
Isti Liescahyani                  NIM. 091510501035          Fakultas Pertanian
Rizky Amalina                   NIM. 090910101006          Fakultas ISIP
Febrian Dwi Prasetia         NIM. 091510601082          Fakultas Pertanian
Teguh Pujianto                  NIM. 091910101042          Fakultas Teknik
Fery Indra Yosafat            NIM. 091010201080          Fakultas Teknik
Najwah                            NIM. 091510601046          Fakultas Pertanian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar