Halaman

Rabu, 12 Februari 2014

Kisah Ku dan Panjang Akar Sawi (bag 2)

kadang aku bingung mau nyari referensi soal pengukuran-pengukuran yang banyak dilakukan di lab fisika. soalnya anak agroteknologi minim banget jam terbangnya di lab ini. jadi kadang-kadang nggak punya bayangan mau ngapain tuh di lab. padahal teknisi lab ku yang namanya pak cacuk (kagag usah di jepang2in. cakepan nama aslinya), itu selalu bilang, pelajari dulu metode nya sebelum masuk lab. sayang nya aku selalu membalikan omongan beliau: masuk lab dulu, nanti metode nya tanya teknisi. al hasil aku sering kena omel. hehehe..

okeh, kali ini aku akan menceritakan pengalaman ku mengukur panjang akar tanaman sawi yang ruwet pake banget. tau ndak? semua orang yang melihat apa yang aku kerjakan berkata, "Sabar yah." deuh... kurang sabar apa lagi sih gue ini..??? kayaknya Allah ini memang nggak niat nguji aku dengan sulitnya materi, lebih niat nguji kesabaran gue. emejing beud.

sebelum ngitung panjang akar nih, kita harus ngambil akar nya dulu, satu persatu. dua hari pertama, aku benar-benar melakukan nya sesuai metode:

tuangkan tanah ke dalam ember pertama, beri air setengah volume, jadikan lumpur. kemudian akar diambil satu persatu dengan tangan, di taruh di ayakan, dan di bersihkan dengan sprayer. air nya ditampung di ember nomor dua. kemudian akar-akar kecilnya diambil dengan menuangkan tanah sedikit demi sedikit ke dalam ayakan sambil di semprot pakai spreyer, diatas ember dua juga. akar-akar yang nyemplung kebawah diambil pake pinset. jadi, intinya jangan sampai ada akar yang ilang. gimana caranya? bayangin ajah.


gitu terus sampai akhirnya hari ketiga aku capek ngambil akar-akar kecil. dengan menggunakan ilmu kirology alias ilmu kira-kira saja, aku mengambil akar besar dan menghitung akar-akar kecil itu dengan kira-kira saja.

panas hujan menemani ku selama tiga hari. dan tepat di hari ketiga, aku kena cacar bro! cacar!!! untung dosen ku yang paling cantik, Niken Sensei alias Bu Niken, udah ngomong dari awal untuk cari cara supaya akar tetep awet. karena nggak mungkin aku bisa nyelesaikan 37 sampel sebelum akar-akar nya busuk.

disanalah ada etanol 20% yang aku gunakan untuk mengawetkan akar sawi imut-imut itu. Alhamdulillah masih tahan selama hampir satu bulan. meskipun beberapa sudah mulai menunjukan layu dan membusuk.

dari wadah penyimpanan akar berisi etanol 20% tadi, aku menggunakan kotak kaca penghitung berukuran 1x1 cm. kotaknya sih kurang lebih berukuran 30 cm x 50 cm, tapi di bawahnya ada kotak-kotak berukuran 1x1 cm yang di catatan sebelum nya aku menggaris kembali garis-garis itu karena hilang setelah ku cuci.

kemudian kotak kaca diisi air setengah volume kotak dan akar di taruh disana. dengan menggunakan pinset, aku membuat akar-akar itu menyebar dan tidak bergerombol. jika akar memotong garis, maka itu dihitung satu, jika melengkung dan menyentuh dua garis, maka dihitung dua. panjang akar maksimal 2 cm, jadi kalo lebih harus dipotong pake gunting. penghitungan dilakukan dengan menggunakan hand counter.

kalian tau, sejumput akar sawi panjangnya bisa mencapai 170 hingga 350 cm atau lebih. WOW banget kan???

semoga tulisan ini bisa bantu kamu ngebayangin bagaimana yang namanya hitung akar pakai hand counter. kalo kata dosen pembimbing ku yang ganteng, Pak Herru atau Herru Sensei, ini sama kayak menghitung panjang akar menggunakan milimeter blok. yah, waktu aku sakit, aku sudah menghitung akar-akar itu menggunakan milimeter blok dan wadah transparan untuk mencoba menghitung mereka. dua minggu selesai dah tuh 37 sampel. untung aku nggak sampe sampel juga. ya Allah.. Astaghfirullah.. sudah2..

2 komentar:

  1. Assalamualaikum,
    Kak bsa dijelasin langkah kerjanya lebih detail ? Dan cara menghitung kotaknya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sudah langkah kerja nya kak.. cuma nomornya di hapus dan dijadikan paragraf.. yang bagian nggak ngerti yang mana?

      Hapus