Halaman

Sabtu, 17 November 2012

Masalah Pedagang dalam Rantai Pasokan Produk Hortikultura



MASALAH PEDAGANG DALAM RANTAI PASOKAN PRODUK HORTIKULTURA

Produk hortikultura merupakan kelompok produk pertanian yang memiliki nilai strategis bagi produsen, pelaku pasar dan konsumen di Indonesia. Bagi petani sebagai produsen, produk hortikultura memiliki nilai ekonomi yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman pangan, untuk setiap unit luasan produksi. Bagi pelaku pasar, produk hortikultura memiliki kapasitas permintaan yang tinggi, dengan peluang variasi jenis produk yang beragam mulai dari produk segar maupun beragam produk olahan. Sementara itu bagi konsumen, kebutuhan akan produk hortikultura semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pengatahuan konsumen akan gizi dan kesadaran hidup sehat. 
Pasar produk hortikultura relatif lebih terbuka, dengan segmentasi pasar yang luas. Ditinjau dari segi permintaan, prospek permintaan domestik akan produk hortikultura cenderung meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota, industri dan pariwisata. Sementara itu dari segi kualitas permintaan, segmentasi produk hortikultura menjadi semakin beragam sejalan dengan preferensi konsumen yang semakin memahami pengatahuan akan gizi, serta berkembangnya sentra pasar dan perkembangan industri pengolahan produk berbasis hortikultura.

            Perubahan lingkungan strategis dalam perekonomiaan secara umum, khususnya sektor pertanian turut mempengaruhi dinamika pasar produk hortikultura. Hal tersebut bisa dilihat dari implikasi liberalisasi perdagangan dan integrasi pasar, yang mendorong pertumbuhan pasar modern menjadi semakin pesat, selain pasar tradisional. Tingkat penetrasi pasar telah sampai ke pelosok pedesaan dan arus lalu lintas produk hortikultura baik antar wilayah dalam negeri maupun ekspor impor menjadi semakin terbuka.
Namun dalam kegiatannya, pemasokan produk hortikultura memiliki banyak kedala, mulai dari ketersediaan jumlah barang, harga, kualitas dan kuantitas produk serta sarana dan prasarana dalam kegiatan transportasi.

Pembahasan
Rantai pasokan adalah jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama dalam alur produk, informasi, layanan dan nilai dari mulai produsen sampai ke konsumen akhir. Dalam pemasokannya, produk hortikultura melewati beberapa organisasi pemasaran dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Rantai pasokan tersebut yaitu:
Produsen (petani)  --->    Distributor ---->  Pedagang ---->   Konsumen.
Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi petani. Misalnya besar variasi harga tiap waktu yang berkaitan dengan persoalan pasokan serta permintaan produk. Pada umumnya petani hortikultura memutuskan jenis tanaman yang diusahakan berdasarkan pada situasi saat itu. Hal ini menyebabkan fluktuasi harga yang luar biasa. Fluktuasi ini menyebabkan permintaan konsumen menjadi turun karena enggan membeli suatu produk dengan harga tinggi terutama buah-buahan. Sesuai dengan hukum permintaan dimana semakin tinggi harga semakin rendah permintaan. Selain itu rantai pasokan dan aspek distribusi memiliki resiko-resiko terutama pada aspek distribusi produk menuju wilayah lain. Kondisi sarana dan prasarana yang baik akan mendukung kualitas produk hortikultura yang dikirim. Apabila kodisi tidak mendukung maka kualitas produk bisa turun dan harga jual juga menurun.
Pengembangan produk yang kurang terencana pada petani juga menjadi salah satu masalah pedagang yang meyebabkan keseimbangan jumlah pasokan dan permintaan belum dapat diantisipasi dengan baik. Akibat lebih lanjut adalah fluktuasi harga antar waktu sangat tinggi, penerapan teknologi lebih didasarkan pada apa yang diinginkan petani, belum melihat apa yang dibutuhkan tanaman, apalagi yang terkait dengan kualitas produk yang diminta pasar, dari aspek kelembagaan, belum dapat diidentifikasi dengan baik faktor pengikat yang dapat mempersatukan petani pada satu wadah yang solid, diversifikasi usaha belum memperhitungkan pembagian resiko  namun lebih pada upaya menjaga stabilitas pendapatan, petani juga selalu berada pada posisi yang kurang diuntungkan dalam hal informasi, terutama informasi harga, serta belum semua pelaku pasar menikmati keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya, dan belum ada insentif di tingkat petani untuk mengembangkan produk sesuai dengan segmentasi pasar.
Adanya tingkat persaingan yang tinggi, rendahnya kualitas dan kuantitas pasokan produk hortikultura lokal serta informasi harga dan pasar yang masih belum secara transparan juga menjadi masalah-masalah pedagang dalam kegiatan pemasokan produk hortikultura.
Untuk mengatasi masalah-masalah diatas diperlukan kerja sama baik dari pihak pedagang, petani maupun pemerintah. Dari pihak pemerintah diharapkan dapat membenahi pemetaan potensi utama yang menjadi andalan dalam suatu kawasan pertanian guna meningkatkan kualitas produk. Kemudian pemerintah diharapkan mau melakukan analisis terhadap peran pelaku  dalam rantai pasokan. Beberapa hal yang sering ditemukan adalah masih terdapat kesenjangan dalam distribusi keuntungan diantara pelaku rantai pasokan dimana petani menjadi pihak yang paling lemah dan memiliki pengorbanan yang tinggi dibanding dengan pelaku lainnya.
Pemerintah juga diharapkan mampu memetakan harga produk hortikultura secara serius dalam beberapa kurun waktu. Data serius mengenai fluktuasi harga tersebut bisa dijadikan pedoman untuk melihat kecederungan pergerakan harga produk hortikultura secara spesifik sehingga diperoleh pola fluktuasi harga untuk masing masing produk hortikultura. Informasi ini juga akan berguna untuk pengambilan keputusan dan perencanaan mengenai pilihan jenis dan luasan dari produk hortikultura yang akan dikembangkan pada waktu tertentu.
Selain itu diharapkan adanya transparansi terhadap informasi harga sehingga peluang semua pelaku usaha mendapatkan penghargaan/margin keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya. Untuk itu piihan komoditi yang diusahakan dapat dilakukan didasarkan pada perhitungan dan perilaku harga yang ada. Sebagai contoh adalah pola tanam cabe secara monokultur pada satu luasan lahan akan lebih beresiko karena fluktuasi harga cabe yang relatif tinggi, sementara mengkombinasi tanaman cabe sebagai produk utama dengan tanaman bawang daun atau sawi yang cenderung memiliki fluktuasi harga yang relatif stabil akan mampu mengurangi resiko bila produk utama mengalami kejatuhan harga. Hal ini juga membantu pedagang dalam pengadaan produk hortikultura dengan permintaan yang reatif stabil. Sementara itu dari pihak petani diharapkan agar lebih memperhitungkan komoditi yang akan ditanam. Serta diharapkan agar ada rasa saling percaya diantara semua pihak yang terkait.

Kesimpulan
  1. Rantai pasokan dalam penyediaan produk hortikultura yaitu dari produsen disalurkan oleh distributor ke pedagang-pedagang kemudian sampai ke tangan  konsumen.
  2. Masalah yang dihadapi pedagang dalam penyediaan produk hortikultura yaitu besar variasi harga tiap waktu, kondisi saraa dan prasarana angkutan produk kurang baik, pengembangan produk di tingkat petani kurang terencana, kurangnya informasi mengenai harga, belum semua pelaku pasar menikmati keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya, dan belum ada insentif di tingkat petani untuk mengembangkan produk sesuai dengan segmentasi pasar. Adanya tingkat persaingan yang tinggi, rendahnya kualitas dan kuantitas pasokan produk hortikultura lokal serta informasi harga pasar yang masih belum secara transparan.
  3. Untuk mengatasi masalah-masalah diatas diperlukan kerja sama baik dari pihak pedagang, petani maupun pemerintah. Dari pihak pemerintah diharapkan mampu membenahi pemetaan potensi utama yang menjadi andalan dalam suatu kawasan pertanian, mau melakukan analisis terhadap peran pelaku  dalam rantai pasokan, memetakan harga produk hortikultura secara serius dalam beberapa kurun waktu, diharapkan adanya transparansi terhadap informasi harga sehingga peluang semua pelaku usaha mendapatkan penghargaan/margin keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya. Dari pihak petani diharapkan agar lebih memperhitungkan komoditi yang akan ditanam. Serta diharapkan agar ada rasa saling percaya diantara semua pihak yang terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar