Halaman

Sabtu, 17 November 2012

Peran Penyuluh Sebagai Rekan Petani






Beras merupakan makanan pokok rakyat Indonesia selain sagu dan ubi-ubian. Dulu Indonesia pernah mengalami swasembada beras dan mampu mengekspor beras dalam jumlah besar. Saat ini Indonesia justru mengimpor beras dari luar negeri. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Pemerintah merasa bahwa cadangan beras di bulog kurang sehingga dirasa perlu untuk mengimpor beras guna mencukupi cadangan beras di bulog. Namun daripada uang negara dihambur-hamburkan untuk mengimpor beras bukankah lebih baik bila uang negara digunakan untuk meningkatkan produktivitas petani dalam negeri saja? Misalnya saja dengan mengajak para petani untuk menggunakan inovasi-inovasi dari para peneliti. Selain itu bisa juga dilakukan penyuluhan-penyuluhan dengan maksud membantu petani menyelesaikan masalah-masalahnya. Jika dengan maksud tersebut maka kegiatan penyuluhan merupakan cara paling efektif untuk meningkatkan produktivitas petani.

Pembahasan
Pada tahun 2008 jumlah penyuluh di Jawa Timur mencapai 2.976. Pada tahun 2009 jumlah penyuluh mengalami penurunan menjadi 2.775. Hal ini disebabkan oleh regenerasi penyuluh yang tidak berjalan. Kegiatan-kegiatan penyuluhan dianggap tidak menarik oleh anak-anak muda. Regenerasi yang terhambat tersebut menyebabkan jumlah penyuluh berkurang di hampir semua provinsi di Indonesia. Di Jawa Barat misalnya, jumlah penyuluh berkurang dari 2.697 orang menjadi 2.453 dan di Jawa Tengah tenaga penyuluh berkurang dari 2.669 menjadi 2.568 orang.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Menurut Wilayah, 2008-2010
Uraian
2008
2009
2010
(Aram II)
Perkembangan
2008-2009
2009-2010
Absolut
%
Absolut
%








                                     
1. Luas Panen (ha)
- Jawa Timur        1.774.884       1.904.830       1.859.699       129.946       7,32        -45.13       -2,37
- Jawa                  5.742.270       6.093.603       6.048.447       351.333       6,12        -45.156     -0,74
- Indonesia         12.327.425     12.883.576     12.870.949      556.151       4,51        -12.627     -0,10

2. Produktivitas (ku/ha)
- Jawa Timur        59,02               59,11               60,46               0,09              0,15        1,35          2,28
- Jawa                 56,33               57,24               58,11               0,91              1,62        0,87          1,52
- Indonesia         48,94               49,99               50,62               1,05              2,15        0,63          1,26

3. Produksi (ton)
- Jawa Timur        10.474.773    11.259.085     11.242.904    784.312       7,49        -16.181     -0,14
- Jawa                 32.346.997    34.880.131     35.149.427    2.533.134    7,83        269.296     0,77
 
- Indonesia         60.325.925    64.398.890     65.150.764    4.072.965    6,75        751.874     1,17

Sumber: Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur, No. 40/07/35/VIII, 01 Juli 2010

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terjadi penaikan luas panen di jawa timur dari 1.774.884 ha menjadi 1.904.830 ha. Produktivitas dan produksi pun meningkat yaitu produktivitas 59,02 ku/ha menjadi 59,11 ku/ha serta produksi naik dari 10.474.773 ton menjadi 11.259.085 ton. Meskipun jumlah penyuluh di jawa timur mengalami penurunan, namun jumlah produktivitas tetap meningkat (0,15%). Kedua kenaikan baik luas panen maupun produktivitasnya secara resultan menjadikan kenaikan produksi yang tinggi hingga 7,94%. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas sebanding dengan bertambahnya luas panen. Namun meski jumlah produksi meningkat cukup baik, pada kenyataannya produksi gabah tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu masih dirasa perlu adanya peningkatan produktivitas lahan pertanian khususnya pada sektor pangan. Selain itu perlu dipertanyakan bagaimana perlakuan yang diberikan untuk meningkatkan produktivitas di masa mendatang. Apakah dengan cara yang benar atau dengan cara yang salah.

Pemerintah saat ini menganggarkan dana sekitar 1,15 triliun rupiah untuk proses penyuluhan dibidang pertanian. Dana sebesar itu masih dirasa kurang karena kebutuhan penyuluh untuk menggerakkan petani memerlukan dana yang cukup besar. Misalnya untuk mengadakan pendidikan penyuluhan, pegadaan alat-alat pertanian, contoh-contoh bibit unggul, lahan percontohan, penelitian, dsb.

Keberhasilan penyuluh sebenarnya bergantung kepada individu-individu penyuluh tersebut. Beberapa penyuluh melakukan penyuluhan dengan tujuan komersil seperti penyuluh yang bekerja pada perusahaan swasta tertentu ataupun penyuluh yang bekerja untuk suatu parpol. Penyuluh dengan tujuan seperti itu akan menurunkan tingkat kepercayaan petani diwaktu yang akan datang apabila inovasi yang diberikan gagal. Berbeda apabila penyuluh mengambil posisi sebagai rekan kerja petani. Penyuluh menampung masalah-masalah petani dan berusaha menyelesaikannya bersama mereka secara kekeluargaan dalam suatu forum diskusi baik formal maupun non formal. Walau bagaimanapun petani telah mengabdikan hidupnya untuk mengawasi tanaman serta ternak mereka. Cara penyuluhan dengan mendikte petani untuk menerima suatu inovasi adalah cara yang kurang efektif karena beberapa petani merasa bahwa mereka lebih mengetahui apa yang ada di lapangan dibanding para penyuluh itu sendiri.

Selain itu, metode yang bisa dilakukan penyuluh pertanian baik penyuluh dari pemerintah maupun swasta yaitu memberikan saran. Dalam hal ini petani harus percaya bahwa penyuluh bisa menyelesaikan masalah mereka. Jadi selain penyuluh harus menguasai paling tidak setengah dari pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan, penyuluh juga perlu komunikasi yang baik agar dapat dipercaya. Namun sekali lagi kebanyakan penyuluh adalah berusaha mendikte petani, bukan berusaha menjadi partnernya.

Teknologi informasi yang dirasa perlu untuk memajukan petani memerlukan suatu bantuan dan kontrol dari suatu pihak. Disinilah peran seorang penyuluh diperlukan. Penyuluh selain mengambil posisi sebagai panyaring dan pemberi informasi, juga harus menguasai teknologi informasi yang terus berkembang seiring perkembangan zaman. Namun kurangnya sarana di pedesaan menyebabkan kurangnya masukan informasi baik untuk penyuluh maupun petani.

Kesimpulan
Peran penyuluh sebagai rekan petani merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan produktivitas lahan karena dengan menempatkan diri sebagai seorang rekan, petani akan lebih mempercayai penyuluh untuk menerima saran maupun inovasi-inovasi tertentu dengan tujuan akhir peningkatan produksi. Selain itu cara tersebut memancing pembicaraan dan diskusi sehingga ada suatu timbal balik informasi antara petani dengan penyuluh. Dengan cara itulah penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan efisien dan tepat sasaran.

Daftar Pustaka

Berita Resmi Statistik: BPS Propinsi Jawa Timur. 2010. Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Tetap Tahun 2009 dan Angka Ramalah II Tahun 2010). http://jatim.bps.go.id/wp-content/uploads/images/BRS%20Aram%202%20 juli2010.pdf. [3Oktober2010].

Departemen Pertanian. 2008. Rekapitulasi Jumlah Penyuluh Pertanian PNS. www.deptan.go.id/Data%20Penyuluh%20PNS%20Per%20Provinsi.pdf [29September2010].

Departemen Pertanian. 2009. Rekapitulasi Jumlah Penyuluh Pertanian PNS S/D Desember 2009. Http://Cyberextension.Web.Id/Files/Data%20penyuluh %20pert%20pns%202009-0.Pdf. [29september2010].

Diskominfo. 2010. Program Usaha Agribisnis Pedesaan Memakai Dana APBN 10 Miliar Untuk 80 Desa. http://www.babelprov.go.id/content/program-usaha-agribisnis-pedesaan-memakai-dana-apbn-10-miliar-untuk-80-desa [3Oktober2010].

Eddy Prastyo. 2010. Anomali Cuaca Sebabkan Produksi Kedelai Anjlok, Padi Meningkat. http://www.surya.co.id/2010/09/28/anomali-musim-turunkan-produksi-pertanian-jatim.html [3Oktober2010].

Lanang Wibisono. 2010. Gubernur: Jateng Tak Membutuhkan Beras Impor. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/09/27/66240/Gubernur-Jateng-Tak-Membutuhkan-Beras-Impor [3Oktober2010].
Van den Ban, A.W. dan Hawkins, H.S. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar