Halaman

Selasa, 13 November 2012

Islam itu Indah Kok Kawan



Di Tengah Bisingnya Opini Media...!!!



Di tengah hiruk pikuknya dunia menyalahkan Islam dengan berbagai cara, kami masih sempat duduk-duduk di depan gedung rektorat Universitas Jember. Sambil menyantap hidangan yang dibawa oleh masing-masing UKI (Unit Kegiatan Islam) dari fakultas Pertanian, MIPA, dan Ekonomi. Kami, yang semuanya wanita, baru saja menyelesaikan diskusi mengenai opini media bahwa “ROHIS adalah Sarang Teroris.”
“Apa temen-temen semua kenal saya?” Tanya Laily dari Fakultas Ekonomi berkomentar pada forum diskusi. Beberapa orang menjawab ‘ya, dan yang lain menggeleng.
“Apa temen-temen tau saya ini seperti apa? Apa saya orang baik atau orang jahat?” Tambah Laily.

Sebagian besar menggeleng, sedangkan Iim, dari Fakultas MIPA berkomentar, “Nggak tau dong mba, kan blum kenal.”

“Begitulah opini media. Karena setitik, hmmm… susu sebelanga..” Laily terdiam bingung. “Apa ya itu namanya???”

“Karena nila setitik…” jawab forum sambil tertawa-tawa.

“Oh iya, karena nila setitik, rusak susu sebelanga.” Ralat Laily sambil tertawa juga. “Jika memang kebetulan teroris yang tertangkap pernah menjadi anggota ROHIS, apa nggak liat kalo sebagian besar anggota ROHIS juga bisa sukses? Jadi pegawai pemerintah, orang terpercaya, jujur, adil, bijaksana, dan jadi pemuka masyarakat.”

“Bayangkan,” tambah Laily, “kalo di dunia nggak ada organisasi semacam ROHIS, remaja-remaja jaman sekarang akan jadi apa?”
Forum mengangguk-angguk.

Kemudian seorang mahasiswi dari fakultas ekonomi bercerita, “Dulu saya juga aneh lihat mba-mba yang pakai jilbab lebar. Taplak meja kok dipake sih mba? Gitu dalam hati saya. Tapi setelah saya mengenal islam lebih jauh, ternyata mengenakan jilbab lebar lebih banyak manfaatnya.”

Iya sih, dulu juga aku pikir aneh pake jilbab besar-besar.

Kemudian sahabat yang lain berkomentar, “Sebenarnya ROHIS tidak bisa disalahkan, karena dalam ROHIS tidak pernah diajarkan bagaimana caranya merakit bom, caranya jadi teroris, atau pun caranya masang bom di badan. Perlu gak sih kita ngomongin mau ngebom rektorat?”
Forum tertawa kecil.

“Kita belajar bagaimana mengenal Allah, mengenal Islam, belajar Al Qur’an, dan gak pernah membahas topik-topik yang saya sebutkan tadi.”

Dalam hati aku menambahkan, “Dan makan gratis.” Kemudian sepotong pepaya melncur mulus ke dalam mulut ku.

“Lantas bagaimana solusinya?”
“Di Jakarta, siswa dan mahasiswa melakukan unjuk aspirasi mba.”
“Di Surabaya juga, tapi lebih damai.”
“Kenapa nggak tunjukin aja kalo Islam itu damai, nggak perlu demo kan?”
Ramai forum bersahut-sahutan memberikan pendapat tentang solusi masalah ini. Kemudian seseorang mengambil perhatian forum dan mengambil kesimpulan.

“Menyampaikan pendapat memang banyak cara, nggak cuma dengan demo, tetapi juga bisa dengan perbuatan sehari-hari. Lagi pula jalan dakwah juga nggak cuma dengan bicara kan, tapi juga bisa dengan perbuatan.”

“Iya mba, seperti buku yang saya baca, ada seorang laki-laki yang menghina Islam di sebuah restoran, kemudian ada wanita muslim di sana. Wanita itu nggak marah, tapi malah bayarin makanannya laki-laki tadi.”
Ya, begitu lah kira-kira isi diskusi kami yang mungkin hanya setengah jam, sementara sisanya dihabiskan dengan makan hidangan sederhana yang biasa, pepaya, salak, semangka, dan makanan ringan lain. Kami saling bercanda satu sama lain dan tertawa-tawa.
Nggak ada yang salah ah dengan ROHIS atau organisasi Islam yang lain. Setiap organisasi Islam yang pernah masuk daftar hidup ku, semua hanya berisi kesenangan dan makan-makan seperti ini. Kesenangan seperti apa sih? Kesenangan yang kami punya adalah kesenangan saat sama-sama saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Ada rasa berbeda saat berkumpul untuk memuji Allah, sebuah kesenangan yang indah, yakni sebuah ketenangan hidup. Islam itu indah kok kawan.. ^-^

1 komentar: