Halaman

Kamis, 14 Maret 2013

Keanekaragaman Dalam Ekosistem


KEANEKARAGAMAN DALAM EKOSISTEM

Ekologi sebagai suatu ilmu biologi merupakan studi hubungan antara organisme yang terlibat dengan lingkungannya. Suatu gabungan ilmu yang baru disebut agroekologi berusaha untuk menggabungkan unsur-unsur baik dari ilmu pertanian konvensional maupun ekologi. Suatu organisme dalam ekosistem mempunyai peran atau fungsi serta sumber daya kehidupannya untuk bertahan hidup dan berpengaruh negatif atau positif terhadap komponen lain sehingga tiap-tiap spesies bisa membantu menciptakan kondisi untuk mempertahankan hidup dari spesies lainnya.
Tingkat keragaman yang tinggi, yang ditempati oleh beragam jenis spesies dalam ekosistem, cenderung lebih stabil daripada yang ditempati hanya satu spesies. Hanya saja, keanekaragaman yang tinggi terkadang justru mengakibatkan ketidakstabilan jika komponennya tidak dipilih dengan baik. Penempatan kombinasi spesies tanaman dan hewan yang mampu melengkapi dan saling berhubungan dalam iteraksi sinergetik dan positif maka bukan hanya kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas pertanian dapat diwujudkan dengan input yang rendah.
Komponen pertanian berinteraksi secara sinergis ketika komponen-komponen itu meningkatkan kondisi bagi komponen lain yang berguna dalam sistem pertanian. Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal mengakibatkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang menggunakan sumberdaya dan input yang ada secara optimal. Namun untuk itu diperlukan kombinasi tanaman, hewan, dan input yang mampu mengarah kepada tingginya produktivitas, keamanan produksi, serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.
Suatu lingkungan ekologi, bisa dikatakan sebagai agroekosistem jika tanaman atau hewan yang memberikan manfaat sedikit dalam bidang pertanian diganti dengan tanaman atau hewan yang serupa tapi lebih bermanfaat bagi pertanian. Salah satu contohnya adalah agroforestri yang dirancang untk meniru eosistem alami. Akosistem alami sendiri telah mengalami trial and error dalam evolusi selama jutaan tahun dari keragaman spesies yang tidak terhitung jumlahnya. Dalam proses tersebut, spesies yang tidak mampu bertahan akan punah akibat iklim, hama atau penyakit, kurangnya makanan dan energi, atau kalah bersaing dengan spesies lain.
Agroforestri mampu menjamin adanya akumulasi hara dengan cara penutupan lahan dengan tumbuhan terus menerus, lapisan seresah di atas tanah, aktivitas mikroba dan tanaman yang serempak, penyimpanan unsur hara ekosistem dalam jaringan-jaringan hidup khususnya dalam sistem lahan basah serta keragaman yang luas dalam struktur perakaran. Disarankan sebuah pendekatan analog untuk merancang sistem produksi pangan yang berurutan yakni mengelola suatu lahan pertanian dengan meniru suksesi alami. Mulai dengan rumput tahunan dan spesies berdaun lebar seperti polong-polongan dan jagung. Kemudian sistemnya mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan penanaman ke suatu bentuk hutan yang terdiri dari pohon-pohon bernilai ekonomis dan tanaman pendek di bawahnya dengan berbagai ciri ekologis dari suatu hutan hujan tropis.
Ekosistem yang memiliki keanekaragaman tinggi akan menimbulkan keseimbangan bila komponennya bisa disesuaikan agar saling mendukung. Namun keanekaragaman juga bisa membuatnya tidak seimbang yakni bila tiap komponen tidak saling melengkapi. Saat ini mekanisme alami  yang mengatur populasi hama dan organisme lain telah terganggu atau terganti oleh bahan buatan seperti pestisida dan obat-obatan. Oleh karena itu diperlukan alternatif yang tepat untuk mengendalikan hama secara non kimia yang mampu menurunkan pemanfaatan pestisida kimia dan meningkatkan keragaman hayati yang ada.
Kegiatan untuk mengendalikan hama secara non kimia bisa dilakukan dengan metode PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Metode ini memanfaatkan semua teknik dan metode yang cocok baik secara biologis, genetis, mekanis, maupun kimia, dengan cara seserasi mungkin. Tujuannya adalah mempertahankan hama pada suatu tingkat yang berada di bawah tingkat yang merugikan secara ekonomis. Dengan cara tersebut, biaya perlindungan tanaman dapat dikurangi karena pestisida kimia akan dimanfaatkan dengan efisien serta dampak negatifnya pada lingkungan dapat dikurangi.
Ekosistem mendukung stabilitas ekologi oleh karena itu dengan pengelolaan ekosistem yang baik maka akan terjadi interaksi yang baik antara OPT dan lingkungan dan antara predator dan OPT, dengan berjalannya keseimbangan ini maka ekosistem berjalan stabil sehingga tidak perlu ada input dari luar yang merusak keseimbangan ekosistem. Jika memang membutuhkan input dari luar untuk meningkatkan produksi maka dilakukan input dari luar namun dengan dosis atau jumlah yang rendah.
Dalam praktek pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia maka perlu ada pengolahan lahan/ lingkungan oleh manusia, kondisi lahan atau lingkungan tersebut adalah agroekosistem, ekosistem buatan cenderung homogen sehingga kestabilan ekosistemnya terganggu atau tidak stabil, hal ini mendukung timbulnya OPT yang mana untuk menekan OPT tersebut membutuhkan energi besar dan input besar dari luar.
Untuk mengurangi input dari luar yang besar di lahan pertanian maka perlu adanya pengolahan agroekosistem yang merangsang ekosistem alami, dalam hal ini memili sistem peratanian berbasis kearifan budaya lokal seperti pengembangan Agroforestry dan mixed farming, serta tumpang gilir yang baik. Sistem –sistem tersebut mengkombinasikan lebih dari satu jenis tanaman sehingga terbentuk keanekaragaman yang membentuk ekosistem seperti ekosistem alamiaah.

Sumber:
Coen Reijntjes, Bertus Haverkort dan Ann Waters.1999. Pertanian Masa Depan.Kanisius :Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar