MASALAH PEDAGANG DALAM RANTAI
PASOKAN PRODUK HORTIKULTURA
Produk
hortikultura merupakan kelompok produk pertanian yang memiliki nilai strategis
bagi produsen, pelaku pasar dan konsumen di Indonesia. Bagi petani sebagai
produsen, produk hortikultura memiliki nilai ekonomi yang relatif lebih tinggi
dibanding tanaman pangan, untuk setiap unit luasan produksi. Bagi pelaku pasar,
produk hortikultura memiliki kapasitas permintaan yang tinggi, dengan peluang
variasi jenis produk yang beragam mulai dari produk segar maupun beragam produk
olahan. Sementara itu bagi konsumen, kebutuhan akan produk hortikultura semakin
meningkat sejalan dengan peningkatan pengatahuan konsumen akan gizi dan
kesadaran hidup sehat.
Pasar produk
hortikultura relatif lebih terbuka, dengan segmentasi pasar yang luas. Ditinjau
dari segi permintaan, prospek permintaan domestik akan produk hortikultura
cenderung meningkat, sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan
pendapatan masyarakat serta berkembangnya pusat kota, industri dan pariwisata.
Sementara itu dari segi kualitas permintaan, segmentasi produk hortikultura
menjadi semakin beragam sejalan dengan preferensi konsumen yang semakin
memahami pengatahuan akan gizi, serta berkembangnya sentra pasar dan
perkembangan industri pengolahan produk berbasis hortikultura.
Perubahan lingkungan strategis dalam perekonomiaan secara umum, khususnya sektor pertanian turut mempengaruhi dinamika pasar produk hortikultura. Hal tersebut bisa dilihat dari implikasi liberalisasi perdagangan dan integrasi pasar, yang mendorong pertumbuhan pasar modern menjadi semakin pesat, selain pasar tradisional. Tingkat penetrasi pasar telah sampai ke pelosok pedesaan dan arus lalu lintas produk hortikultura baik antar wilayah dalam negeri maupun ekspor impor menjadi semakin terbuka.
Perubahan lingkungan strategis dalam perekonomiaan secara umum, khususnya sektor pertanian turut mempengaruhi dinamika pasar produk hortikultura. Hal tersebut bisa dilihat dari implikasi liberalisasi perdagangan dan integrasi pasar, yang mendorong pertumbuhan pasar modern menjadi semakin pesat, selain pasar tradisional. Tingkat penetrasi pasar telah sampai ke pelosok pedesaan dan arus lalu lintas produk hortikultura baik antar wilayah dalam negeri maupun ekspor impor menjadi semakin terbuka.
Namun dalam
kegiatannya, pemasokan produk hortikultura memiliki banyak kedala, mulai dari
ketersediaan jumlah barang, harga, kualitas dan kuantitas produk serta sarana
dan prasarana dalam kegiatan transportasi.
Pembahasan
Rantai pasokan
adalah jejaring organisasi yang saling tergantung dan bekerjasama dalam alur
produk, informasi, layanan dan nilai dari mulai produsen sampai ke konsumen
akhir. Dalam pemasokannya, produk hortikultura melewati beberapa organisasi
pemasaran dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Rantai pasokan
tersebut yaitu:
Produsen (petani) ---> Distributor ----> Pedagang ----> Konsumen.
Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang tidak lepas dari permasalahan yang
dihadapi petani. Misalnya besar variasi harga tiap waktu yang berkaitan dengan
persoalan pasokan serta permintaan produk. Pada umumnya petani hortikultura
memutuskan jenis tanaman yang diusahakan berdasarkan pada situasi saat itu. Hal
ini menyebabkan fluktuasi harga yang luar biasa. Fluktuasi ini menyebabkan
permintaan konsumen menjadi turun karena enggan membeli suatu produk dengan
harga tinggi terutama buah-buahan. Sesuai dengan hukum permintaan dimana
semakin tinggi harga semakin rendah permintaan. Selain itu rantai pasokan dan
aspek distribusi memiliki resiko-resiko terutama pada aspek distribusi produk
menuju wilayah lain. Kondisi sarana dan prasarana yang baik akan mendukung
kualitas produk hortikultura yang dikirim. Apabila kodisi tidak mendukung maka
kualitas produk bisa turun dan harga jual juga menurun.
Pengembangan produk yang kurang terencana pada petani juga menjadi salah
satu masalah pedagang yang meyebabkan keseimbangan jumlah pasokan dan
permintaan belum dapat diantisipasi dengan baik. Akibat lebih lanjut adalah
fluktuasi harga antar waktu sangat tinggi, penerapan teknologi lebih didasarkan
pada apa yang diinginkan petani, belum melihat apa yang dibutuhkan tanaman,
apalagi yang terkait dengan kualitas produk yang diminta pasar, dari aspek
kelembagaan, belum dapat diidentifikasi dengan baik faktor pengikat yang dapat
mempersatukan petani pada satu wadah yang solid, diversifikasi usaha belum
memperhitungkan pembagian resiko namun
lebih pada upaya menjaga stabilitas pendapatan, petani juga selalu berada pada
posisi yang kurang diuntungkan dalam hal informasi, terutama informasi harga,
serta belum semua pelaku pasar menikmati keuntungan sesuai dengan pengorbanan
yang diberikannya, dan belum ada insentif di tingkat petani untuk mengembangkan
produk sesuai dengan segmentasi pasar.
Adanya tingkat persaingan yang tinggi, rendahnya kualitas dan kuantitas
pasokan produk hortikultura lokal serta informasi harga dan pasar yang masih
belum secara transparan juga menjadi masalah-masalah pedagang dalam kegiatan
pemasokan produk hortikultura.
Untuk mengatasi masalah-masalah diatas diperlukan kerja sama baik dari
pihak pedagang, petani maupun pemerintah. Dari pihak pemerintah diharapkan
dapat membenahi pemetaan potensi utama yang menjadi andalan dalam suatu kawasan
pertanian guna meningkatkan kualitas produk. Kemudian pemerintah diharapkan mau
melakukan analisis terhadap peran pelaku
dalam rantai pasokan. Beberapa hal yang sering ditemukan adalah masih
terdapat kesenjangan dalam distribusi keuntungan diantara pelaku rantai pasokan
dimana petani menjadi pihak yang paling lemah dan memiliki pengorbanan yang
tinggi dibanding dengan pelaku lainnya.
Pemerintah juga diharapkan mampu memetakan harga produk hortikultura secara
serius dalam beberapa kurun waktu. Data serius mengenai fluktuasi harga
tersebut bisa dijadikan pedoman untuk melihat kecederungan pergerakan harga produk
hortikultura secara spesifik sehingga diperoleh pola fluktuasi harga untuk
masing masing produk hortikultura. Informasi ini juga akan berguna untuk
pengambilan keputusan dan perencanaan mengenai pilihan jenis dan luasan dari
produk hortikultura yang akan dikembangkan pada waktu tertentu.
Selain itu diharapkan adanya transparansi terhadap informasi harga sehingga
peluang semua pelaku usaha mendapatkan penghargaan/margin keuntungan sesuai
dengan pengorbanan yang diberikannya. Untuk itu piihan komoditi yang diusahakan
dapat dilakukan didasarkan pada perhitungan dan perilaku harga yang ada.
Sebagai contoh adalah pola tanam cabe secara monokultur pada satu luasan lahan
akan lebih beresiko karena fluktuasi harga cabe yang relatif tinggi, sementara
mengkombinasi tanaman cabe sebagai produk utama dengan tanaman bawang daun atau
sawi yang cenderung memiliki fluktuasi harga yang relatif stabil akan mampu
mengurangi resiko bila produk utama mengalami kejatuhan harga. Hal ini juga
membantu pedagang dalam pengadaan produk hortikultura dengan permintaan yang
reatif stabil. Sementara itu dari pihak petani diharapkan agar lebih
memperhitungkan komoditi yang akan ditanam. Serta diharapkan agar ada rasa
saling percaya diantara semua pihak yang terkait.
Kesimpulan
- Rantai pasokan dalam penyediaan produk hortikultura yaitu dari produsen disalurkan oleh distributor ke pedagang-pedagang kemudian sampai ke tangan konsumen.
- Masalah yang dihadapi pedagang dalam penyediaan produk hortikultura yaitu besar variasi harga tiap waktu, kondisi saraa dan prasarana angkutan produk kurang baik, pengembangan produk di tingkat petani kurang terencana, kurangnya informasi mengenai harga, belum semua pelaku pasar menikmati keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya, dan belum ada insentif di tingkat petani untuk mengembangkan produk sesuai dengan segmentasi pasar. Adanya tingkat persaingan yang tinggi, rendahnya kualitas dan kuantitas pasokan produk hortikultura lokal serta informasi harga pasar yang masih belum secara transparan.
- Untuk mengatasi masalah-masalah diatas diperlukan kerja sama baik dari pihak pedagang, petani maupun pemerintah. Dari pihak pemerintah diharapkan mampu membenahi pemetaan potensi utama yang menjadi andalan dalam suatu kawasan pertanian, mau melakukan analisis terhadap peran pelaku dalam rantai pasokan, memetakan harga produk hortikultura secara serius dalam beberapa kurun waktu, diharapkan adanya transparansi terhadap informasi harga sehingga peluang semua pelaku usaha mendapatkan penghargaan/margin keuntungan sesuai dengan pengorbanan yang diberikannya. Dari pihak petani diharapkan agar lebih memperhitungkan komoditi yang akan ditanam. Serta diharapkan agar ada rasa saling percaya diantara semua pihak yang terkait.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar