Malam sudah
semakin larut dan saya masih menghabiskan waktu di depan laptop. Saya teringat
masa-masa KKN yang baru terjadi sebulan yang lalu.
Hahaha, ini karena lagu
Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita yang sedang saya dengarkan. Lagu ini
lagu kesukaan saya di posko. Kak Teguh yang ku panggil kakak karena satu
kampung dengan saya dan yang paling jago main gitar di posko, sering saya paksa
untuk menyanyikan lagu ini pagi, siang, maupun malam. Dan Mas Bayu, sekertaris
kordes, sempet minta saya membuat video dengan backsound lagu itu. Jadi, lagu
ini ngena banget.
Dan kali ini
saya mau bercerita tentang pengalaman plus konflik yang terjadi selama saya
disana. Oh iya, desa tempat saya KKN ada di kecamatan Semboro, Desa Sidomulyo. Kepala
desa saat itu adalah Soleh Umar. Beliau sangat baik pada kami. Tapi bukan itu
yang mau saya ceritakan. Hm,, mungkin saya harus cerita dari awal biar gereget
:D
Awal kami
bertemu. Kami semua memiliki prasangka berbeda saat pertama bertemu dengan
akhir kami KKN. Hm, satu sama lain menganggap teman kami pendiam, hampir semua,
hingga kami kenal lebih dekat. Ada Erik sebagai kordes, Bayu sebagai sekertaris
Kordes, Saya sendiri sebagai bendahara kelompok, ada Teguh si trending setter,
ada Roby yang paling sering bawa jajan (hehe), ada Fery yang santai, Ria si
anak rumahan, Najwa yang paling irit, dan Kiky yang paling funky. Kalo saya sih
yang paling cengeng, erik yang paling sering pulang, dan bayu adalah anak yang
paling rajin.
Awal kehidupan
kami di desa sangat luar biasa, so slowww… makan, tidur, jalan-jalan, main ke
tempat warga, main ke posko tetangga, mengerjakan laporan harian, membuat
proposal kegiatan dan merancang kegiatan. Itu berlangsung selama dua minggu. Pekerjaan
kami hanya berkumpul, makan, main kartu, nyanyi-nyanyi, main ke pasar malem, hm..
yah, gitu-gitu aja.
Desa Sidomulyo
sendiri luar biasa ramah penduduknya. Kami diajak ke perkebunan mereka. Mayoritas
disana adalah petani jeruk. Beberapa ada yang bertanam salak, rambutan, buah
naga, duku, dan durian. Kami sempat berkunjung ke pemilik kebun buah naga dan
jeruk. Dan hampir setiap hari mendapat jajan berupa buah-buahan dari warga.
Di desa, kami
memiliki banyak program kerja. Untuk program kelompok ada 8 kegiatan dan program
individu ada 9 kegiatan. Program kelompok kami yaitu perbaikan batas
administrasi, pembuatan peta desa, bimbel gratis untuk SD, pramuka, sosialisasi
wajib belajar, posyandu, hiv aids, nonton bareng, dan kerja bakti. Sedangkan program
individu ada pelatihan komputer untuk perangkat desa, PHBS, penyuluhan sampah
organik dan nonorganik, sosialisasi perangkat komputer, penghijauan, little
farmers, handicraft, dan sosialisasi bahaya rokok.
Awalnya semua
baik-baik saja. Hanya ada kekesalan dari beberapa anggota kelompok soal kordes
yang sering pulang dan banyak anggota yang tidak datang saat pelaksanaan
program individu pertama. Tapi selebihnya semua OK.
Hal tersebut
berjalan lancar hingga memasuki minggu ke-5 dimana diadakan program kecamatan
yakni forum diskusi pengelolaan hama terpadu yang dilaksanakan di desa kami. Saat
itu aku yang bertugas sebagai sekertaris acara harus menyelesaikan administrasi
surat menyurat dan menyampaikan undangan pada H-3. Sedangkan pelaksanaan
program individu ku memasuki H-4. Saat itu saya harus bolak balik Jember – Semboro
untuk menyelesaikan urusan dengan pemateri yakni dosen Fakultas Pertanian
Jurusan HPT. Kepala pusing, banyak pikiran, dan saat hari H banyak peserta
undangan (Gapoktan) yang terlambat hadir karena hujan.
Tapi kepusingan
itu hanya terjadi pada hari itu saja karena keesokan harinya berganti menjadi
kekesalan. Ini terjadi karena banyak sekali teman-teman yang tidak bisa hadir
dalam pelaksanaan program individu saya. Yah, meskipun hanya 3 orang, tapi
tetap saja. Saya sempat emosi karena program saya yang membutuhkan bantuan anak
laki-laki (ada urusan cangkul mencangkul) justru tidak didampingi laki-laki
sama sekali. apalagi saat itu Kak Teguh, teman akrab saya, ada urusan di Jember
sehingga tidak bisa mendampingi. Aaarrggghhh.. emosi saya. Apalagi setelah saya
tau kalau kegiatan saya tidak ada dokumentasi sama sekali. ini karena teman
saya yang memegang kamera tidak bisa mengambil gambar dengan benar. Emosi saya
pun makin menjadi.
saya mencoba
bersabar dengan keadaan yang ada. Saat emosi saya hampir hilang, kordes kami,
Erik, justru naik pitam. Dia kecewa dengan teman-teman yang tidak bekerja sema
sekali untuk melaksanakan program kelompok yakni HIV AIDS yang membutuhkan
peserta remaja. Saya termasuk di dalamnya. Saat rapat kelompok, saya yang masih
setengah emosi, dipandangi dengan emosi. Berkali-kali saya meyakinkan diri saya
bahwa kordes kami sedang lelah dan wajar dia marah, tapi tetap saja saya sedih
dan marah.
Berkali-kali
dia mengatakan kesalahan anak perempuan yang cenderung terus berada di dalam
kamar dan jarang bersosialisasi dengan warga. Akibatnya saat ini saat acara
tinggal 2 hari lagi, kami sama sekali belum dapat peserta. Saya hampir menangis
saat itu. Tapi saya nggak mau kelihatan lemah, ego merasuki saya. Saya juga
masih pusing mikirin program individu saya pagi tadi tauuukkk!!! Begitu pikir
saya. Namun selepas rapat, saya menangis sejadi jadinya.
Saya tau saya
salah, tapi bisa nggak sih kalo ngomong nggak usah ngeliatin saya? Saya kan
jadi merasa sangat sangat sangat sangat sangat sangat merasa bersalah. Itu membuat
mental saya drop dan enggan berbuat apapun. Salah saya saat itu adalah saya
bercerita pada orang yang salah dan suasana semakin runyam.
Semalam sebelum
acara dilakukan, ada acara nonton bareng yang didatangi hampir seluruh desa. Balai
desa pun penuh sesak. Selepas acara, dalam keadaan penat, saya berbincang
dengan Mas Fery, anggota kelompok yang paling banyak punya cara santai. So far
saya suka dengan cara simple yang sering dia utarakan, tapi dalam perbincangan
kami kali ini, saya lagi-lagi dihakimi. Yang jarang bergaul dengan warga,
jarang ke balai desa, tidak melakukan apa-apa, dll. Aarrggghhh.. air mata saya
sudah habis tadi malam, dan tidak bisa saya tumpahkan lagi disini. Begitu batin
saya menjerit tertahan.
Dan akhirnya
acara dihadiri oleh anak-anak SD kelas 5 dan 6 dengan beberapa remaja SMP SMA
yang berhasil kami bujuk. Ada juga remaja lain yang sempat kami undang dari
desa lain.
Wajah saya
terus terlipat selama satu minggu. Saya hampir lupa caranya tersenyum dan yang
saya tau hanya menangis. Apalagi saat teman-teman mulai meninggalkan posko di
satu minggu terakhir. Saya hanya sendiri di posko. Mendengarkan lagu-lagu yang
dulu biasa kami nyanyikan bersama, bermain kartu dengan anak-anak SD yang biasa
datang saat bimbel, atau duduk di ruang depan sambil bermain gitar.
Sedikit demi
sedikit saya menghapus kesal di dada. Salah saya suasana semakin runyam. Kordes
pun jadi berkurang keramahannya pada saya. Mas fery juga mulai suram, Kak Roby
dan Kak Teguh juga mulai jarang bercanda dengan saya, hanya ria, najwa, kiki
dan mas bayu yang masih bersikap normal.
Beberapa hari
sebelum penarikan dari desa, aku, erik, teguh, bayu dan danang (KKN desa
Pondokjoyo) pergi futsal dengan perangkat desa, mungkin untuk yang terakhir
kali nya. Disana saya mulai bercanda dengan teman-teman. Rasanya sudah tidak
perlu ada dinding diantara kami. Mungkin masih ada kesal di hati, namun buat
apalah dipikir? Semua sudah berlalu.
Hari penarikan
semakin dekat, teman-teman mulai mengemasi barang-barang mereka. Acara HIV AIDS
kemarin adalah program terkahir kelompok ini dan kami punya waktu seminggu
untuk mengerjakan laporan atau mengemasi barang-barang. Saya menarik nafas
panjang di pagi hari, di depan posko, di hari jumat yang hening dan jam masih
menunjukan pukul 6 pagi. Mas Bayu menyetel lagu dan kebetulan lagu yang sedang
diputar adalah lagu Peterpan, Semua Tentang Kita. Saya pun menangis di depan
teman-teman. Rasanya bendungan di mata saya jebol dan mengingat kekhilafan
seminggu yang lalu, kebahagiaan yang pernah kami lalui, semua cerita, semua
lagu, membuat saya menyesal. Dan kami masih
bergurau di facebook dan twitter, kadang bertemu di rumah kawan dan bermain
bersama. bahkan menaiki bukit dan blusukan di hutan jati. Dan masih banyak agenda yang kami rancang setelah penarikan KKN itu. Cukuplah
45 hari kebersamaan kami menjadi pelajaran berharga selamanya.
Terima kasih untuk temen-temen.. ^^ mungkin gue sering bilang ini ke kalian, tapi, gue sayang kalian itu tulus, gue cinta kalian itu tulus. Gue banyak salah sama kalian atas ego gue, kemanjaan gue, sifat cengeng gue, dan gue berterimakasih sama kalian masih mau menerima gue jadi temen kalian. Gue percaya, kelak, entah bagaimana caranya, kalian akan menemukan blog gue, dan ngebaca tulisan ini. Saat itu kalian harus yakin, meskipun kebersamaan kita hanya 45 hari, tapi kalian adalah keluarga gue. Gue berterimakasih atas nasehat yang selalu kalian berikan, pelajaran yang kalian berikan, juga pengalaman kita bersama.
Terus lah benderang kawan. Dan jika kalian bersedih, ingatlah kata-kata mas bayu : sudaaahhh sudaaahh.. Tapi kalau kalian galau ingatlah kata-kata teguh : heran aku. ^^
Kelompok 65
Desa Sidomulyo,
Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember
Moh.
Robiul Aqtor NIM. 090810201216 Fakultas Ekonomi
Bayu
Tri Murti NIM.
092210101080 Fakultas Farmasi
Ria
Raisya Astari NIM.
090910202023 Fakultas ISIP
Isti
Liescahyani NIM.
091510501035 Fakultas Pertanian
Rizky
Amalina NIM.
090910101006 Fakultas ISIP
Febrian
Dwi Prasetia NIM. 091510601082 Fakultas Pertanian
Teguh
Pujianto NIM.
091910101042 Fakultas Teknik
Fery
Indra Yosafat NIM. 091010201080 Fakultas Teknik
Najwah NIM. 091510601046 Fakultas Pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar